PENERAPAN BUDAYA POSITIF UNTUK MENCIPTAKAN PENDIDIKAN KARAKTER

Pendidikan merupakan aspek penting dalam membangun diri pribadi, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan dipengaruhi dari budaya yang ada di masyarakat. Keberagaman budaya yang ada di masyarakat, terlebih lagi di Indonesia sangatlah banyak. Sehingga bentuk penerapan sebagai wujud pelestarian budaya melalui pendidikan pun juga terjadi di sekolah. Dalam dunia pendidikan tentunya budaya yang mengandung nilai-nilai kebajikan universal akan tetap diterapkan, hal ini akan membentuk karakter murid yang kuat dengan nilai budaya yang luhur.

Budaya positif yang diciptakan di sekolah biasanya berkaitan dengan kebiasaan-kebiasaan baik yang dilakukan dengan terus-menerus sehingga membentuk karakter murid. Karena bernilai baik dan dilakukan terus-menerus maka hal ini dapat dijadikan suatu kedisiplinan di sekolah yang kemudian dibawa ke masyarakat. Pentingnya menjadikan kebiasaan positif menjadi suatu kedisiplinan agar setiap murid yang ada di suatu sekolah disamping mempunyai bekal pengetahuan akademik juga mempunyai kepribadian yang baik dan berbudi luhur.

Banyak sekali budaya positif yang ada di masyarakat yang bisa dilestarikan melalui kegiatan sekolah. Atas dasar hal tersebut maka setiap warga sekolah baik itu tenaga pendidik dan kependidikan serta para murid harus mempunyai kesadaran diri dan berkolaborasi dalam mewujudkan budaya positif di sekolahnya. Setiap warga sekolah perlu mengetahui bagaimana agar budaya positif itu tercipta, maka dari itu perlu adanya pengembangan kemampuan warga sekolah khususnya guru. Beberapa hal yang bisa dipelajari dan diterapkan di sekolah sebagai dasar dalam pelaksanaan budaya positif diantaranya:

  • Disiplin positif dan Nilai-nilai kebajikan universal

Makna kontrol dan miskonsepsi yang terjadi di kehidupan sehari-hari, serta dapat menjelaskan perubahan paradigma stimulus respon kepada teori kontrol. Makna Disiplin Positif, dan mengamati penerapannya di lingkungannya, serta kaitan Teori Kontrol dengan 3 Motivasi Perilaku Manusia. Memilih dan menentukan nilai-nilai kebajikan yang akan diyakini dan disepakati seluruh warga sekolah, sehingga kelak tercipta budaya positif.

  • Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi

Teori Motivasi dan Motivasi Intrinsik yang dituju, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari di lingkungannya. Konsep hukuman dan penghargaan, dan  konsep pendekatan restitusi, serta melakukan pengamatan dan peninjauan atas praktik penerapan konsep-konsep tersebut di lingkungannya sendiri.

  • Keyakinan Kelas

Pentingnya memiliki keyakinan sekolah/kelas sebagai fondasi dan arah tujuan sebuah sekolah/kelas, yang akan menjadi landasan dalam memecahkan konflik atau permasalahan di dalam sebuah sekolah/kelas. Proses pembentukan dari peraturan-peraturan beralih ke keyakinan kelas. Berpikir kritis, kreatif, reflektif, dan terbuka dalam menggali nilai-nilai yang dituju pada peraturan yang ada di sekolah mereka masing-masing.

  • Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas

Kebutuhan dasar yang menjadi motif dari tindakan manusia baik murid maupun guru. Analisis dampak tidak terpenuhinya kebutuhan dasar terhadap pelanggaran peraturan dan tindakan yang tidak sesuai dengan nilai kebajikan. Identifikasi peran dan sekolah guru dalam upayanya menciptakan lingkungan belajar dan pemenuhan kebutuhan anak yang beragam.

  • Restitusi – Lima Posisi Kontrol

Refleksi atas praktik disiplin yang dijalankan selama ini dan dampaknya untuk murid-muridnya. Penerapan disiplin restitusi di posisi Manajer, minimal pemantau agar dapat menghasilkan murid yang bertanggung jawab, mandiri dan merdeka. Menganalisis secara kritis,  reflektif, dan terbuka atas penemuan diri yang didapatkan dari mempelajari 5 posisi kontrol.

  • Restitusi –  Segitiga Restitusi

Restitusi sebagai salah satu cara menanamkan disiplin positif pada murid sebagai bagian dari budaya positif di sekolah. Penerapan restitusi dalam membimbing murid berdisiplin positif agar menjadi murid merdeka. Menganalisis dengan sikap reflektif dan kritis penerapan disiplin positif di lingkungannya.

Mungkin tidak hanya yang disebutkan itu saja, namun masih banyak lagi yang harus dipelajari dan diterapkan guru dalam melaksanakan budaya positif untuk menciptakan pendidikan karakter pada murid. Namun dengan memahami dan menerapkan materi yang dipelajari itu merupakan salah satu usaha agar pendidikan di sekolah juga memperhatikan pendidikan karakter murid dalam hal kesadaran disiplin dari diri sendiri.

Demikian artikel ini saya tulis, dan semoga bisa menambah wawasan pembaca. Terima kasih…

Diseminasi Konsep Budaya Positif

Sosialisasi dan Pembentukan Keyakinan Kelas

Segitiga Restitusi

Posted in Guru Penggerak, Pendidikan.